Terlahir sebagai kota industri, membuat Kota Bontang membutuhkan serapan tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) dengan keahlian serta keterampilan yang memadai. Hal inilah yang menjadi landasan berdirinya Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang (STTIB) Yabis pada 19 September 2000 lalu.
Menjadi satu-satunya perguruan tinggi dengan program studi (Prodi) Kimia di Kalimantan Timur, STTIB Yabis yang sempat dipimpin walikota dua periode, Andi Sofyan Hasdam ini, bertekad mencetak SDM unggul dan berkualitas demi mendukung kluster industri berbasis gas dan kondensat di Kota Bontang.
Namun sayangnya, kampus hijau yang terletak di Jalan Brigjen Katamso ini belum banyak diminati oleh putra daerah yang baru saja lulus dari bangku sekolah tingkat atas. Selama 6 tahun berdiri, STTIB Yabis hanya mampu mencetak sebanyak 30 alumnus. Padahal, keberadaan STTIB di Kota Taman ini justru didukung tenaga pengajar dari dua perusahaan raksasa berskala internasional, yakni Pupuk Kaltim dan Badak LNG.
“Karena latar belakang pendirian STTIB Yabis ini untuk memenuhi kebutuhan engineer dua perusahaan yang ada di Bontang, jadi dosen yang mengajar di STTIB Yabis ini mayoritas dosen luar biasa dari PKT dan Badak, sebanyak 25 orang,” terang Irianto, Wakil Ketua STTIB Yabis.
Setiap tahun ajaran baru, STTIB Yabis hanya membuka kesempatan untuk 60 mahasiswa. Dan selama ini, hampir 95 persen mahasiswa yang mengeyam pendidikan di STTIB merupakan para pekerja. Sehingga butuh waktu lama bagi mahasiswa menyelesaikan masa studinya.
Meski didominasi mahasiswa pekerja, ukiran prestasi tetap bisa diraih STTIB Yabis. Buktinya, 2 tahun lalu kampus yang berada di kawasan Yayasan Pembinaan Islam (Yabis) ini berhasil meraih juara olimpiade bidang kimia koordinator perguruan tinggi swasta (Kopertis) se-Kalimantan yang dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Selain itu, beberapa jebolan STTIB Yabis pun berhasil mengisi kebutuhan tenaga kerja di bidang industri hingga ke luar negeri. “Beberapa alumni sudah ada yang bekerja di Qatar Gas, LNG Anggola Afrika Barat, dan Abu Dhabi,”.
Sejak 2015 lalu, STTIB Yabis pun mulai bekerja sama dengan TOTAL, membuka kelas perkuliahan. Saat ini, kata Irianto, sudah ada 15 mahasiswa Prodi Teknik Mesin yang mencicipi materi kuliah dari perusahaan minyak ini.
Wacana pembangunan kilang refinery di Kota Industri ini, memantapkan tekad STTIB Yabis mencetak para alumni agar bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja engineer di perusahaan tersebut.